krrrriiiiiinnngggg handphone berdering kusambut dengan penuh hormat, bersautlah suara atasanku yang mengatakan bahwa ada anjing sakit dengan gejala muntah, tidak mau makan, lesu, dengan alasan lain anjing tersebut timbul gejala itu setelah berburu. Dengan kendaraan yang kuandalkan, aku meluncur dengan semangat penuh tanda Tanya...”knapa, apa, bagaimana, bisakah”. Kilometer pun sudah begitu mendekati TKP, jantung makin riang detupannya, dag dig dug duer. Ketika melihat ketidakperdayaan si anjing pun, semangat yang genjrang genjreng kulakukan pemeriksaan umum-khusus-diagnosa-pengobatan. Hemmm selesailah hari itu, dengan harapan pasienku sehat. Hari berganti esok, cek ulangan dilakukan hasil sudah membaik dan sudah bisa makan banyak, hatiku senang gembira gempita, sesuai yang kuinginkan. Hari pun berganti esok kembali, cek ulang kulakukan entah apa yang terjadi kondisi tubuhnya ngedrop lagi, “knapa, apa, bagaimana” pun bersahutan dikepalaku., karena hari sudah menjelang gelap perlakuan yang lebih lanjutpun tak bisa kulakukan selain itu stok obat tak bisa kudapatkan saat itu juga.
Hari esoknya pun datang, aku tak bisa periksa pagi karena dikantor terlalu rumit tuk ditinggalan, akhirnya setelah apel sore kulajukan motor bersama Bos ku. Sampai lah ditempat pasien yang belum kunjung sembuh,, senang rasanya dia sudah bisa makan walaupun masih dibantu pemilik. Kami pun memutuskan tuk memberikan tambahan vitamin dan lanjutan antibiotik. Sebuah pengharapan dia kan kembali menjadi pemburu yang tangguh. Amiiinnnnn.
Pembenaran bahwa dilapangan harus mempunyai keberanian yang luar biasa. Pengalaman pertama mengobati anjing, walau masih nebeng obatnya dan obat tambahan apa adanya yang ada tapi tetep disesuaikan akan diagnosa tentunya.
